Gempa Bumi Di Lampung

Gempa bumi berkekuatan 5,9 skala richter (SR) mengguncang Krui, Lampung Barat (Lambar), pukul 16.18 WIB kemarin. Informasi yang dihimpun dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Lampung menyebutkan, gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Pusat gempat berada di laut dengan kedalaman 25 kilometer atau di 6,60 lintang selatan, 103,74 bujur timur, atau 158 km dari barat daya Krui. ’’Kami sudah meminta pihak terkait untuk menyerukan warga agar tetap tenang,’’ terang Kepala BMKG Lampung Bambang Nova Setianto kemarin.

Kuatnya guncangan gempa yang berlangsung 30 detik dengan skala 2-3 modified mercalli intensity (MMI) itu membuat sebagian warga Liwa, Lambar, berhamburan ke luar rumah. Kaca rumah warga sempat goyang. Termasuk mobil serta motor yang diparkir di halaman rumah. Hingga berita ini diturunkan, tak ada korban jiwa ataupun kerusakan yang dilaporkan warga. ’’Kuat ini gempanya. Lihat itu kacanya sampai bergetar dan bergoyang,’’ kata Eddy, warga Liwa, saat gempa masih berlangsung, kepada Radar Lampung.

Getaran gempa juga terasa hingga Kotaagung, Tanggamus. Warga setempat dibuat berhamburan ke luar rumah. Berdasarkan pantauan Radar Tanggamus (grup Radar Lampung), beberapa warga yang berada di Jalan Soekarno-Hatta, Ir. Juanda, dan sekitarnya, di Kecamatan Kotaagung, tampak berlari ke luar rumah saat gempa terjadi.

Bahkan, beberapa warga yang masih berada di dalam rumah meminta anggota keluarganya segera keluar. Seorang warga Pekon Terbaya, Kotaagung, Apri (20) mengaku terkejut dengan adanya guncangan itu. ’’Saat itu kebetulan saya sedang menonton televisi. Tiba-tiba terjadi guncangan yang cukup kuat sehingga saya langsung teriak ada gempa dan meminta keluarga untuk segera keluar rumah,’’ paparnya.

Setelah terjadi gempa tersebut, dirinya tidak berani masuk rumah karena takut terjadi gempa susulan. ’’Namun, setelah beberapa menit di luar, saya kembali masuk rumah karena hal yang saya takutkan tidak terjadi lagi,’’ ungkapnya. Senada, Maryam (50), ibu rumah tangga di Kelurahan Kuripan, Kotaagung, mengatakan, gempa tersebut sangat kuat terasa. ’’Kebetulan saya sedang berbaring di tempat tidur karena sakit. Tiba-tiba tempat tidur saya terguncang cukup keras. Akibatnya, saya merasa semakin pusing dan mual,’’ ujarnya diamini Badrun.

Terpisah, Kepala Stasiun Geofisika Kotabumi Krismanto mengatakan, gempa di perairan Lambar itu terjadi akibat adanya penyusutan lempeng Indo Australia. ’’Gempa itu akibat lempeng Indo Australia menyusut di bawah lempeng Eurasia,’’ jelasnya kepada Radar Lampung kemarin. Menurut dia, karakteristik gempa yang terjadi di pantai barat Lampung memang biasanya akibat penyusutan lempeng. Krismanto menambahkan, gempa yang terjadi kemarin tidak berpotensi tsunami. ’’Bagi masyarakat Lambar tak perlu khawatir,’’ tuturnya.

Pesisir Barat Lampung Rawan Gempa

BANDARLAMPUNG Berada pada pertemuan lempeng Eurasia dan Indo Australia, kawasan sepanjang pesisir barat Lampung seperti Liwa, Krui, dan Padangcermin menjadi daerah paling rawan gempa bumi.

’’Dalam peta bumi, di daerah itu kerap terjadi pergesekan dua lempeng, yakni Eurasia dan Indo Australia,’’ ujar Dekan Fakultas Teknik Universitas Bandar Lampung (UBL) Heri Heriyanto kemarin.

Meski demikian, tingkat kerawanan tinggi di kawasan pesisir barat bukan berarti di daerah lain aman dari gempa bumi. ’’Gempa bumi tidak bisa diprediksi. Jadi hampir semua daerah di Lampung rawan bencana gempa bumi. Seperti kawasan Gunung Anak Krakatau,’’ jelasnya.

Idealnya, sambung Heri, pemerintah Lampung menyadari perlu adanya jalur evakuasi guna menghadapi bencana alam dan membuat infrastruktur bangunan yang tahan gempa.

Dilanjutkan, khusus untuk bangunan tahan gempa, Fakultas Teknik UBL menyatakan kesiapannya membantu pemerintah dalam melakukan perencanaan. Terlebih, UBL saat ini menjadi pusat studi gempa di Lampung. ’’Secara teknis, kami akan memberi masukan kepada dinas terkait masalah pembangunan yang seharusnya mengakomodasi gempa,’’ tuturnya.

Menurut Heri, sebuah bangunan tahan gempa hanya memerlukan fondasi yang kuat. ’’Fondasinya dari bahan biasa saja, memakai batu kali. Tetapi harus mempunyai slof, kolon praktis, dan ring balok,’’ terang dia.
Selanjutnya, dinding yang dipakai agar tahan gempa, yakni dinding yang terbuat dari perosemen. Material dinding seperti ini, imbuh Heri, UBL pernah menerapkannya di Liwa, Lampung Barat, setelah terjadi gempa pada tahun 1994 lalu. ’’Waktu itu kami uji cobakan untuk membangun rumah, masjid, dan sekolah yang rusak. Ternyata memang tahan gempa,’’ ungkapnya

Sumber Radar lampung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DOWNLOAD Film GENERASI BIRU slank (full movie)

Pantai Canti Kalianda

Klasifikasi Hotel Berdasarkan Bintang "Hotel Berbintang"

Koleksi Lagu Lagu Lampung

Menara Siger visit to Lampung

Sulam Usus Kerajinan Khas Lampung

Pesona Teluk Kiluan Tanggamus Lampung

Kumpulan Lagu Lagu Gothic Metal indonesia lengkap